Sejarah Pendidikan Di Madagaskar

Saat sebelum 1820

Secara kuno, pembelajaran di Madagaskar ialah perihal inresmi yang terdiri dari transmisi norma-norma sosial, penerapan serta wawasan yang dibesarkan serta diturunkan dalam rakyat dari turunan ke turunan. tekstur tangga sebelah besar komunitas kuno Malagasi menaruh para datuk, orang berumur, serta orang-orang lain yang tertinggi di dengan unit kalangan yang lebih kecil alias kurang tertinggi, serta terhadap siapa nenek moyang (razana) melaksanakan daya terbanyak dari seluruhnya. Dalam kondisi rakyat yang terstratifikasi semacam itu, pembelajaran kuno menggarisbawahi utamanya menjaga tempat yang cukup, melatih orang-orang dalam ketaatan yang pas kepada riberumurl serta Kerutinan (tabu) yang tidak termasuk banyaknya serta, di dengan seluruh itu, mengarahkan penakziman kepada nenek moyang.[1]  HomeSchooling Di Tangerang Selatan

(Anak-anak) membiasakan guna menghargai orang yang lebih tua serta ray terjamin-dreny (pelopor daya) serta guna menyelaraskan diri dengan opini mereka, mengatakan kata-kata yang pas, meneladan ketentuan kecendekiaan kuno serta cemas bakal sanksi yang mampu mereka harapkan selaku respons dengan aksi antisosial mereka.

— H. Raharijaona, Le droit de la famille Madagasikara[2]

Mempelajari tempat seorang dalam rakyat kuno Malagasi melebihi tangga leluhur remaja-dewasa-tua-tua. Di antara banyak kalangan kedaerahan Malagasi, perseorangan diidentifikasi dengan jenis khusus; dalam rakyat kuno Merina, misalnya, salah satu dari 3 jenis pokok mempunyai 7 sub-kasta. penghitungan ini dilapisi oleh faktor-faktor bonus semacam kedudukan seks, dengan akibat guna pembelajaran informal: anak laki-laki diharapkan guna berkepribadian seperti mana lazimnya seorang yang pada akibatnya bakal selaku orang yang aman, selang anak gadis diharapkan guna membuktikan kepandaian kemampuan rumah tangga serta meningkatkan mutu. dari istri serta bunda yang baik.[2]

Sekolah formal setidaknya pangkal di Madagaskar dipublikasikan oleh bahariwan nelayan Arab, yang pengaruhnya kepada rakyat tepi laut merewak paling tidak sepanjang   kurun ke-11. Para penjelajah ini berupaya guna menebarkan dengan mendirikan beberapa kuttab (sekolah Quran yang mengarahkan literasi serta berhitung dasar) serta mengganti bahasa Malagasi memakai abjad Arab dalam catatan yang dituturkan sorabe. Sekolah-sekolah ini tidak bertahan, serta literasi sorabe berasak ke ranah wawasan misterius yang disajikan guna astrolog, raja, serta elit khas yang lain.  HomeSchooling Di Tangerang Selatan

 

Comments

Popular posts from this blog

Tempat Wisata yang Paling Banyak Dikunjungi di Bandara Changi Airport

Cara Cek Barcode Nike Original

Contoh Model Rumah Hook 2 Muka Desain Bagus